BIBIR
SUMBING
MAKALAH
Disusun Oleh :
ERNI YUNITA
FIA NUROKTAVIANI
FINKA YUNIAR RIZKI
HESTI MARYANTI
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN STIKes
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat, serta penyertaan-Nya, sehingga makalah “Bibir Sumbing” ini dapat kami
selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha
menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana,singkat serta mudah dicerna
isinya oleh para pembaca.kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna
serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka
kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang
akan mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.
Pringsewu, April 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Banyak masalah yang dapat di alami selama proses
kehamilan oleh ibu. Dan hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan
janin. Salah satunya yaitu perkembangan terhadap organ tubuh janin,
diantaranya yaitu labioskiziz dan labiopalatoskizis.
Labioskiziz atau yang lebih dikenal dengan sebutan
bibir sumbing, merupakan masalah yang di alamai oleh sebagian kecil masyarakat.
Setiap tahun, diperkirakan 700-10.000 bayi lahir dengan keadaan bibir sumbing..
Merupakan deformitas (kelainan) daerah mulut
berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa
embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh
bersatu.
Namun hal tersebut dapat di atasi dengan kecanggihan
alat kedokteran. Bagi penderita yang memiliki perekonomian di atas rata-rata,
dapat dengan segera menjalani tindakan operasi. Namun bagi penderita yang belum
mampu untuk melakukan tindakan operasi tidak perlu merasa khawatir, karena
pemerintah sudah mulai mengadakan bantuan operasi gratis bagi masyarakat yang
kurang mampu.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah:
1. Agar
mahasiswa dapat lebih memahami tentang labioskizis atau labiopalatoskizis.
2. Agar
mahasiswa dapat mengetahui apa penyebab dari labioskizis atau
labiopalatoskizis.
3. Agar
mahasiswa mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah labioskizis atau
labiopalatoskizis.
C. Rumusan
masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.
Apa yang dimaksud dengan labioskizis atau
labiopalatoskizis?
2.
Apa Penyebab dari labioskizis atau
labiopalatoskizis?
3.
Bagaimana cara mengatasi labioskizis atau
labiopalatoskizis?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Bibir Sumbing
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak
palatine (bagian depan serta samping muka serta langit-langit mulut) tidak
menutup dengan sempurna. Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang,
bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Belahnya belahan
dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari
dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle.
Suatu klasifikasi berguna membagi struktur-struktur
yang terkena menjadi palatum primer dan palatum sekunder. Palatum primer
meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan foramen
incisivum.
Palatum sekunder meliputi palatum durum dan molle posterior
terhadap foramen. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya,
palatum primer dan palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral.
Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui
dengan pasti. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai
akibat dari kombinasi faktor genetik dan factor-faktor lingkungan. Di Amerika
Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang
mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan mengalami labioschisis.
Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila
keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat
labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin
(terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita
diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan
labioschisis. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir
sumbing antara lain :
1.
Faktor genetik atau keturunan : dimana material
genetik dalam khromosom yang mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi
gen ataupun kelainan khromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46
khromosom yang terdiri dari 22 pasang khromosom non sex(kkhromosom 1 – 22) dan
1 pasang khromosom sex (khromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada
penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau sindroma patau dimana ada 3
untai khromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total khromosom
pada setiap selnya adalah 47. jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan
bibir sumbing akan menyebabkan ganggguan berat pada perkembangan otak, jantung
dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari
8000 – 10000 bayi yang lahir.
2.
Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin
C dan asam folat.
3.
Radiasi
4.
Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama
5.
Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin
contohnya seperti infeksi rubella dan sifillis, toksoplasmosis dan klamidia
6.
Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan
kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan
alkohol.
7.
Multifaktorial dan mutasi genetik
8.
Displasia ektodermal.
C. Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan,
prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga
bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan priminen maksilaris dengan prominen
nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis
tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta
palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke 7 sampai 12 minggu.
D. Klasifikasi
Bibir sumbing ada beberapa tingkatan juga istilahnya
berdasarkan organ yang terlibat diantaranya: celah di bibir (labioskizis),
celah di gusi (gnatoskizis), celah di langit (palatoskizis). Celah dapat
terjadi lebih dari satu organ misalnya: terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis).
Bibir sumbing dikatagorikan berdasarkan
lengkap/tidaknya celah terbentuk. Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi,
mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang
diketahui adalah :
1. Unilateral
Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
2. Unilateral
Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
3. Bilateral
Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung.
E. Tanda dan
Gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1. Terjadi
pemisahan langit – langit
2. Terjadi
pemisahan bibir
3. Terjadi
pemisahan bibir dan langit – langit.
4. Berat badan
tidak bertambah
5. Pada bayi
terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarny air susu dari hidung.
F. Diagnosis
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi
setelah lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang
spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan ini
tidak sepenuhya spesifik, ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan
menggunakaan USG.
G. Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada
beberapa komplikasi karenanya, yaitu:
1. Kesulitan
makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah
palatum. Memerlukan penanganan khusus seperi dot khusus, posisi makan yang
benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing.
2. Infeksi
telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan
telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan
kehilangan pendengaran.
3. Kesulitan
berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya
celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.
4. Masalah
gigi. Pada celah bibir, gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh,
sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
H. Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara
operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan
yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik.
Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing
dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon,
Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal
10.000/ui. Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :
1. Tahap sebelum
operasi
Pada tahap
sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan
operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang
dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten
meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari
10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten
ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan
komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus
dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri
dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi
tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup,
jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum
dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak
untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah.
Selain itu
celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non
alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat
proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio
pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi
tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika
hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap
direkatkan sampai waktu operasi tiba.
2. Tahap
sewaktu operasi
Tahapan
selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal
kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa
diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing
(labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa
bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari
usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau
dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
Operasi
untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat
anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk
sekolah. Palatoplastydilakukan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak
mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara.
Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan
mengeluarkan suara normal atau tidak sengau sulit
dicapai. (19) Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus
diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah
operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa
melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah
pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya
menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia
8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.
3. Tahap
setelah operasi.
Tahap
selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari
tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani
akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir
sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau
dot khusus untuk memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang
datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat
operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak
tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa
huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak
bermanfaat.
I. Perawatan
1. Menyusu ibu
Menyusu
adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir sumbing
tidak menghambat pengisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan
payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan pompa payudara untuk
mengeluarkan susu dan memberikannya kepda bayi dengan menggunakan botol setelah
dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.
2. Menggunakan
alat khusus, seperti :
Dot domba
(dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar) yaitu suatu dot yang diberi
pegangan yang menutupi sumbing udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan
melalui hidung, atau hanya dot biasa dengan lubang besar.
Dapat juga
diberikan dengan menggunakan botol peras, dengan cara memeras botol, maka susu
dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat dihisap bayi.
Ortodonsi,
yakni pemberian plat/dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar
memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum
dapat dilakukan tindakan bedah definitif.
Posisi mendekati duduk dengan aliran
yang langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah bayi, kemudian bayi
ditepuk-tepuk pada punggungnya berkali-kali secara lembut untuk mengeluarkan
udara/bayi disendawakan, dikarenakan bayi dengan sumbing pada bibirnya
cenderung untuk menelan banyak udara. Periksalah bagian bawah hidung dengan
teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian pemisah lubang hidung, hal
ini suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika
hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan
pada kulit yang lembut tersebut untuk sembuh.
J. Pengobatan
Pada bayi dengan bibir sumbing dilakukan bedah elektif
yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan
memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk
operasi tersebut bervariasi.
Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir
berdasarkan kriteria rule often yaitu umur > 10 minggu, BB > 10 pon/5 Kg,
Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup
langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak
mampu bicara lengkap sehingga tindakan operasi penambahan tulang pada
celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur
pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan
setelah pertumbuhan tulang-tulang muka mendeteksi selesai. Operasi mungkin
tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe” yang lebar.
Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang
gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
Anak dengan kondisi ini membutuhkan terapi bicara,
karena langit-langit sangat penting untuk pembentukan bicara, perubahan
struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaiki, dapat mempengaruhi pola
bicara secara permanen.
K. Prinsip
Perawatan Secara Umum
Pada saat lahir diberikan bantuan pernapasan dan
pernapasan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu untuk membantu masuknya makanan
kedalam lambung. Anak setelah berumur 1 minggu dibuatkan feeding plate untuk
membantu menutup langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan, atau dengan
pemberian dot khusus. Setelah anak berusia 3 bulan dilakukan labioplasty atau
tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan evaluasi telinga. Umur
18 bulan – 2 tahun dilakukan palathoplasty, tindakan operasi langit-langit bila
terdapat sumbing pada langit-langit
L. Asuhan
Kebidanan
1. Berikan
dukungan emosional dan tenangkan ibu beserta keluarga.
2. Jelaskan
kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting harus dilakukan saat ini adalah
member makanan bayi guna memastikan pertumbuhan yang adekuat sampai pembedahan
yang dilakukan.
3. Jika
bayi memiliki sumbing tetapi palatumnya utuh, izinkan bayi berupaya
menyusu.
4. Jika bayi
berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan
hospitalisasi, pulangkan bayi. Tindak lanjuti dalam satu minggu untuk memeriksa
pertumbuhan dan penambahan berat badan.
5. Jika bayi
tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir sumbing,berikan perasan ASI dengan
menggunakan metode pemberian makanan alternatif (menggunakan sendok atau
cangkir).
6. Jika bayi
memiliki celah palatum, berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian
makan alternatif (menggunakan sendok atau cangkir).
7. Ketika bayi
makan dengan baik dan mengalami penambahan berat badan,rujuk bayi ke rumah
sakit tersier atau pusat spesialisasi, jika memungkinkan untuk pembedahan guna
memperbaiki celah tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Labioskizis/Labiopalatoskizis
yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta
langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna. Merupakan deformitas daerah
mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa
embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh
bersatu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing
antara lain :
1. Faktor
genetik atau keturunan
2. Kurang
nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat.
3. Radiasi
4. Terjadi
trauma pada kehamilan trimester pertama
5. Infeksi pada
ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infelsi rubella dan sifillis,
toksoplasmosis dan klamidia
6. Pengaruh
obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas
selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol.
7. Multifaktorial
dan mutasi genetik
8. Displasia
ektodrmal.
Bibir
sumbing ada beberapa tingkatan juga istilahnya berdasarkan organ yang terlibat
diantaranya: celah di bibir (labioskizis), celah di gusi (gnatoskizis), celah
di langit (palatoskizis). Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya:
terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis).
M. Saran
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi
ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya
kelainan bawaan:
1. Tidak
merokok dan menghindari asap rokok
2. Menghindari
alkohol
3. Menghindari
obat terlarang
4. Memakan
makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
5. Melakukan
olah raga dan istirahat yang cukup
6. Melakukan
pemeriksaan prenatal secara rutin
7. Mengkonsumsi
suplemen asam folat
8. Menjalani
vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
9. Menghindari
zat-zat yang berbahaya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://warnetpendidikanbaubau.blogspot.co.id/2014/07/tugas-makalah-tentang-bibir-sumbing-bab.html